Senin, 12 Maret 2012

Abdul Latief Hendraningrat:Pengibar bendera(Pusaka)1945


Abdul Latief Hendraningrat, mungkin tak banyak yang mengenal sosok pahlawan satu ini. Setidaknya sebelum adanya seseorang yang mengaku sebagai Pengibar bendera beberapa pada detik-detik proklamasi 1945 waktu lalu, dan dalam kenyataannya Bapak Latief ini merupakan pengibar yang sebenarnya. hal ini di perkuat oleh beberapa sejarawan antara lain adli Zon dan juga di perkuat lagi oleh pendapat Sekjen DPP Legiun Veteran, Laksamana Muda TNI (Purn) Wahyono S K yang menyatakan bahwa Ilyas Karim bukanlah pengibar pertama dan pendapat ini dibenarkan oleh Sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Marwan Adam.

Abdul Latif Hendraningrat yang pada saat menjelang pelaksanaan pembacaan teks proklamasi 1945, adalah anggota PETA dan berpangkat Cudacho (komandan Kompi) dan karenanya beliau ditunjuk menjadi penanggung jawab keamanan upacara. dan pada kesempatan itu pulalah, beliau yang mengibarkan Bendera (pusaka) dengan didampingi oleh Soehoed Sastro Koesoemo, seorang pemuda dari barisan pelopor.

Bapak Abdul Latief Hendraningrat pada saat menjadi Mahasiswa Sekolah tinggi Ilmu Hukum ini telah mengajar di berbagai sekolah menengah swasta dan pernah dikirim oleh pemerintah Hindia Belanda ke world Fair di Newyork sebagai ketua rombongan tari.Beberapa sekolah yang pernah diajarnya antara lain sekolah-sekolah yang di kelola oleh Muhammadiyah dan Perguruan Rakyat.


Dalam masa pendudukan Jepang, Abdul Lati Hendraningrat ia giat dalam Pusat Latihan Pemuda (Seinen Kunrenshoo), yang selanjutnya beliau menjadi anggota pasukan Pembela Tanah Air (Peta). Dalam masa setelah Proklamasi Kemerdekaan, Hendraningrat terlibat dalam berbagai pertempuran. Kemudian menjabat komandan Komando Kota ketika Belanda menyerbu Yogyakarta (1948). Setelah berhasil keluar dari Yogyakarta yang sudah terkepung, ia melakukan gerilya. Setelah penyerahan kedaulatan, Hendraningrat mula-mula ditugaskan di Markas Besar Angkatan Darat, kemudian ditunjuk sebagai atase militer Rl untuk Filipina (1952), lalu dipindahkan ke Washington hingga tahun 1956. Sekembalinya di Indonesia ia ditugaskan memimpin Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SSKAD, yang kini menjadi Seskoad). Jabatannya setelah itu antara lain rektor IKIP Negeri Jakarta (1965). Pada tahun 1967 Hendraningrat memasuki masa pensiun dengan pangkat brigadir jenderal. Sejak itu ia mencurahkan segala perhatian dan tenaganya bagi Yayasan Perguruan Rakyat dan organisasi Indonesia Muda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar